Era Pasca Soeharto atau Era Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei
1998 dan digantikan wakil presiden BJ
Habibie.
Latar belakang
Krisis finansial
Asia yang
menyebabkan ekonomi
Indonesia melemah dan
semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan
pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran
yang dilakukan berbagai organ
aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan
Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan
Mei 1998 sehari
setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas
hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar
negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
1998
Krisis ekonomi dan Kerusuhan Mei
1998
- 22 Januari 1998
- 12 Februari
·
5 Maret
o
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR
untuk menyatakan penolakan terhadap pidato
pertanggungjawaban presiden yang
disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional.
Mereka diterima Fraksi ABRI
- 10 Maret
o Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan
lima tahun yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil
Presiden.
- 14 Maret
o Soeharto
mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII. Bob Hasan dan anak
Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, terpilih menjadi menteri.
- 15 April
o Soeharto
meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang
bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan
berunjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik
- 18 April
o Menteri
Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri
Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya
Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
yang menolak dialog tersebut.
- 1 Mei
o Soeharto
melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dahlan mengatakan
bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
- 2 Mei
o Pernyataan itu
diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa
dilakukan sejak sekarang (1998).
o Mahasiswa di
Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak
dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi disikapi dengan represif oleh
aparat. Di beberapa kampus terjadi bentrokan.
- 4 Mei
o Harga BBM melonjak tajam hingga 71%, disusul
tiga hari kerusuhan di Medan dengan korban
sedikitnya 6 meninggal.
- 7 Mei
o Peristiwa Cimanggis, bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan terjadi
di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis, yang
mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di
antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera
akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata akibat gas air mata.
- 8 Mei
- 9 Mei
o Soeharto
berangkat seminggu ke Mesir untuk
menghadiri pertemuan KTT G-15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai
Presiden RI.
- 12 Mei
- 13 Mei
Mal Ratu Luwes
di Jl. S. Parman termasuk salah satu yang dibakar di Solo
o Soeharto yang
sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke
Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia
di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden.
- 14 Mei
o Demonstrasi
terus bertambah besar hampir di semua kota di Indonesia, demonstran mengepung
dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
o Soeharto,
seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat
menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
o Kerusuhan di
Jakarta berlanjut, ratusan orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi
selama kerusuhan terjadi.
- 15 Mei
o Selesai
mengikuti KTT G-15, tanggal 15 Mei l998, Presiden Soeharto kembali ke tanah air
dan mendarat di lapangan Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta, subuh dini hari. Menjelang
siang hari, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden B.J. Habibie dan sejumlah
pejabat tinggi negara lainnya.
- 17 Mei
o Menteri
Pariwisata, Seni dan Budaya, Abdul Latief melakukan
langkah mengejutkan pada Minggu, 17 Mei 1998. Ia mengajukan surat pengunduran
diri kepada Presiden Soeharto dengan alasan masalah keluarga, terutama desakan
anak-anaknya.
o
- 18 Mei
o Pukul 15.20
WIB, Ketua MPR yang juga
ketua Partai Golkar, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan
mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa,
pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden
Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu
didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.
o Pukul 21.30
WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di
Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan
kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja,
bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet
reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu tampaknya sudah
diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet
adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi
disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.
o Pukul 23.00 WIB
Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap
pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan
sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara
kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi".
o Gelombang
pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki
halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
Mahasiswa
menduduki Gedung DPR/MPR
- 19 Mei
o Pukul
09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yakni
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman
Wahid, budayawan Emha Ainun
Nadjib, Direktur
Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis
Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari
Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin
Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad Bagdja dan Ma'ruf Amin dari NU. Dalam
pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula
yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman
masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur. Soeharto lalu
mengajukan pembentukan Komite Reformasi
o Presiden
Soeharto mengemukakan, akan segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan
VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Presiden juga
membentuk Komite Reformasi. Nurcholish sore hari mengungkapkan bahwa gagasan
reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi itu murni dari Soeharto, dan
bukan usulan mereka.
o Pukul 16.30
WIB, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama Menperindag Mohamad Hasan melaporkan
kepada Presiden soal kerusakan jaringan distribusi ekonomi akibat aksi
penjarahan dan pembakaran. Bersama mereka juga ikut Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng yang akan
melaporkan soal rencana penjualan saham BUMN yang beberapa peminatnya menyatakan
mundur. Pada saat itu, Menko Ekuin juga menyampaikan reaksi negatif para senior
ekonomi; Emil Salim, Soebroto, Arifin Siregar, Moh Sadli, dan Frans Seda, atas rencana
Soeharto membentuk Komite Reformasi dan me-reshuffle kabinet. Mereka intinya
menyebut, tindakan itu mengulur-ulur waktu.
o Amien Rais
mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari
Kebangkitan Nasional.
- 20 Mei
o Amien Rais membatalkan
rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di
kawasan Monas.
o 500.000 orang
berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan
Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung.
o Harmoko
mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan diri pada Jumat, 22 Mei, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih
presiden baru
o Pukul 14.30
WIB, 14 menteri bidang ekuin mengadakan pertemuan di Gedung Bappenas. Dua
menteri lain, yakni Mohamad Hasan dan Menkeu Fuad Bawazier tidak hadir.
Mereka sepakat tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun
Kabinet Reformasi hasil reshuffle. Semula ada keinginan untuk menyampaikan
hasil pertemuan itu secara langsung kepada Presiden Soeharto, tetapi akhirnya
diputuskan menyampaikannya lewat sepucuk surat. Alinea pertama surat itu,
secara implisit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya. Perasaan ditinggalkan,
terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain kecuali
memutuskan untuk mundur. Ke-14 menteri itu adalah Akbar Tandjung, AM
Hendropriyono, Ginandjar
Kartasasmita, Giri Suseno, Haryanto Dhanutirto, Justika Baharsjah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi, Theo L.
Sambuaga dan Tanri Abeng.
o Pukul 20.00
WIB, surat itu kemudian disampaikan kepada Kolonel Sumardjono. Surat itu
kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto.
o Soeharto
kemudian bertemu dengan tiga mantan Wakil Presiden; Umar Wirahadikusumah,
Sudharmono, dan Try Sutrisno.
o Pukul 23.00
WIB, Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra,
Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Soeharto
sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie.
o
Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor
Menhankam untuk menyikapi keputusan Soeharto. Wiranto perlu berbicara dengan
para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap yang akan diputuskan ABRI dalam
menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur. Setelah mencapai kesepakatan dengan
Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie.
o
Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan
Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia
mundur dari jabatannya. kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The
old man most probably has resigned". Yusril juga menginformasikan
bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB. Kabar
itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo
Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Lalu
mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di
Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan
Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana Cak Nur - panggilan
akrab Nurcholish Madjid - menyusun ketentuan-ketentuan yang harus disampaikan
kepada pemerintahan baru.
Pernyataan pengunduran diri
· 21 Mei
o Pukul 01.30
WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan
cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan,
"Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan
baru".
o Pukul 9.00 WIB,
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto
kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan
meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav)
Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri).
Mercedes hitam yang ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044
AR.
o Jenderal
Wiranto mengatakan ABRI akan tetap
melindungi presiden dan mantan-mantan presiden, "ABRI akan tetap menjaga
keselamatan dan kehormatan para mantan presiden/mandataris MPR, termasuk mantan
Presiden Soeharto beserta keluarga."
o Terjadi
perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu
yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan
konstitusional.
- 22 Mei
o Di Gedung
DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai
simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di
Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari
Rezim Orde Baru. Tentara
mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya
- 10 November 1998
Pada tanggal 10
November 1998, diprakarsai oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa
se-Jakarta (FKSMJ), ITB Bandung, Universitas Siliwangi, dan empat tokoh reformasi yaitu Abdurrahman
Wahid, Amien Rais, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Megawati Soekarnoputri mengadakan dialog nasional di rumah
kediaman Abdurrahman Wahid, Ciganjur, Jakarta Selatan. Dialog itu
menghasilkan 8 butir kesepakatan, yaitu sebagai berikut:
- Mengupayakan terciptanya persatuan dan kesatuan nasional.
- Menegakkan kembali kedaulatan rakyat.
- Melaksanakan desentralisasi pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah.
- Melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil guna mengakhiri masa pemerintahan transisi.
- Penghapusan Dwifungsi ABRI secara bertahap
- Mengusut pelaku KKN dengan diawali pengusutan KKN yang dilakukan oleh Soeharto dan kroninya.
- Mendesak seluruh anggota Pam Swakarsa untuk membubarkan diri.
Pengangkatan
Habibie sebagai Presiden
Sidang Istimewa
MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh gelombang
demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota
lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi
Semanggi, yang
menewaskan 18 orang.
Masa
pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan
ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Presiden BJ
Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik
dilepaskan. Sri
Bintang Pamungkas dan Muchtar
Pakpahan dibebaskan,
tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan secara
bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokratik baru dibebaskan pada era Presiden
Abdurrahman Wahid. Setelah Habibie membebaskan tahanan politik, tahanan politik
baru muncul. Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina
pemerintah atau menghina kepala negara. Desakan meminta pertanggungjawaban
militer yang terjerat pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan karena kuatnya
proteksi politik. Bahkan, sejumlah
perwira militer yang oleh Mahkamah Militer Jakarta telah
dihukum dan dipecat karena terlibat penculikan, kini telah kembali duduk dalam
jabatan struktural.
Beberapa
langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, pemberian
kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun
begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU
Penanggulangan Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya tekanan politik
dan kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.
Kejadian
penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor Timur untuk mengadakan
referendum yang berakhir
dengan berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut terbukti tidak
populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan Habibie
sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah
Indonesia.
1999
- Kekerasan etnis/agama terjadi di Maluku
- Pemisahan Timor Timur menjadi negara merdeka melalui referendum yang disponsori oleh PBB; konflik antar pro-kemerdekaan dan pro-Indonesia menimbulkan banyak korban jiwa.
- Pemilu 1999 - Pemilihan umum yang bebas diselenggarakan di Indonesia
- Pengangkatan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapi
karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid,
pemimpin PKB, partai
dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai presiden
Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil
presiden.
Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme
yang makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan Abdurrahman Wahid yang
ditentang oleh MPR/DPR.
2000
- Skandal Buloggate dan Bruneigate menerpa pemerintahan Gus Dur
- Kasus pemeriksaan dugaan korupsi mantan presiden Soeharto kandas
- Papua Barat (yang dulu disebut dengan Irian Jaya) menuntut referendum seperti Timor Timur
April
Mei
Juli
- 19-23 Juli - Indonesia Terbuka 2000 diselenggarakan di Gelora Senayan, Jakarta. Indonesia memperoleh medali emas di tunggal dan ganda putra.
Agustus
- 1 Agustus - sebuah bom meledak di Kedubes Filipina di Jakarta. Bom meledak dari sebuah mobil yang diparkir di depan rumah Duta Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 2 orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina Leonides T Caday.
- 27 Agustus - sebuah bom lainnya meledak di Kedubes Malaysia di Jakarta. Granat meledak di kompleks Kedutaan Besar Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
September
- 13 September - bom kembali mengguncang Jakarta. Kali ini lantai parkir P2 Gedung Bursa Efek Jakarta diledakkan oleh sebuah bom mobil yang mengakibatkan 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-luka. 104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan. (Lihat pula: Bom Bursa Efek Jakarta)
Desember
- 24 Desember - serangkaian ledakan bom pada malam Natal di beberapa kota di Indonesia merenggut nyawa 16 jiwa dan melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak. (Lihat pula Bom malam Natal 2000)
2001
- Kekerasan antar etnis Dayak dan Madura terjadi di Kalimantan
- IMF menghentikan bantuan moneternya
- Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta Gus Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi dan ketidak kompetenan. Di bawah tekanan yang besar, Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Sekitar pukul 20.48, Gus Dur keluar dari Istana Merdeka. Saat berdiri di ujung teras, Gus Dur malah sempat melambaikan tangan kepada massa pendukungnya yang berunjuk rasa. Hanya pohon yang ditebang kelompok pendukung Gus Dur sebagai pelampiasan emosi.
Juli - Pengangkatan Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden
Melalui Sidang Istimewa MPR
pada 23 Juli 2001, Megawati secara resmi diumumkan menjadi Presiden Indonesia
ke-5.
Meski ekonomi Indonesia mengalami
banyak perbaikan, seperti nilai mata tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia
pada masa pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam
bidang-bidang lain.
Popularitas Megawati yang awalnya
tinggi di mata masyarakat Indonesia, menurun seiring dengan waktu. Hal ini
ditambah dengan sikapnya yang jarang berkomunikasi dengan masyarakat sehingga
mungkin membuatnya dianggap sebagai pemimpin yang 'dingin'.
Sejak kenaikan Megawati sebagai
presiden, aktivitas terorisme di Indonesia meningkat tajam, beberapa peledakan
bom terjadi yang menyebabkan sentimen negatif terhadap Indonesia dari kancah
internasional.
- 23-29 Juli - Indonesia Terbuka 2001 digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, dan Indonesia berhasil menyapu bersih kelima medali emas.
September
- 23 September - 12 hari setelah 9/11, sebuah bom meledak di kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera.
Oktober
- 12 Oktober - sebuah ledakan bom mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sebuah restoran cepat saji KFC di Makassar pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak meledak.
November
- 6 November - sebuah bom rakitan meledak di halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
Desember
- 20 Desember - Kedua pihak dalam Konflik Poso menandatangani Keputusan Malino yang diprakarsai oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, presiden dan wakil presiden terpilih pada 2004.
- 25 Desember - Kereta api 146 Empu Jaya menabrak Kereta api 153 Gaya Baru Malam Selatan di stasiun Ketanggungan Barat, Brebes. Peristiwa ini mengakibatkan 31 orang tewas dan 53 lainnya luka berat termasuk masinis dari KA 146.
2002
Januari
Pemerintah Indonesia meresmikan
komisi pelanggaran HAM untuk memeriksa dugaan pelanggaran HAM pada pemisahan
Timor Timur 1999
Irian Jaya diberi kekuasaan otonom
oleh Jakarta dan diperbolehkan berganti nama menjadi Papua
- 1 Januari - sebuah granat manggis meledak di depan Rumah Makan Ayam Bulungan, Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-luka. Di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai gereja. Tidak ada korban jiwa.
Mei
Timor Timur, bekas provinsi termuda
Indonesia, resmi merdeka dengan nama Timor Leste
Juli
- 12 Juli - Agustus
Amandemen UUD 1945 dianggap sebagai
langkah konkrit menuju negara demokrasi. Untuk pertama kalinya rakyat Indonesia
dapat memilih presiden secara langsung.
- 26 Agustus - 1 September - Indonesia Terbuka 2002 diselenggarakan di Surabaya. Indonesia memenangkan medali tunggal putra dan ganda campuran
Oktober - Bom Bali 2002
- 12 Oktober - Sebuah klub malam di daerah Pantai Kuta dibom, 202 orang yang mayoritas turis meninggal, 300 lebih luka-luka. Sebuah bom lainnya meledak di dekat konsul AS di Pantai Sanur yang tidak menimbulkan korban. Pada saat yang bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga meledak di kantor Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
Sesaat setelah pengeboman Abu Bakar
Baasyir ditangkap. Ia dituduh berniat untuk menggulingkan pemerintahan
Indonesia dengan posisinya sebagai pemimpin spiritual Jamaah Islamiyah (JI),
kelompok yang disangka berada di balik pengeboman Bali.
November
- 20 November - KMP Adidas bertabrakan dengan KMP Sinar Akaba di sekitar perairan Pulau Hari, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara, sekitar 25 mil arah tenggara pelabuhan Kendari. KMP Sinar Akaba tenggelam, seorang penumpang tewas dan lainnya luka parah.
Desember
Pemerintah Indonesia dan GAM
menandatangani kesepakatan damai di Jenewa, Swiss, dengan tujuan untuk
mengakhiri konflik bersenjata selama lebih dari 26 tahun. Kesepakatan itu
menyetujui otonomi Aceh dan pemilihan umum yang bebas di provinsi yang hampir
semuanya beragama Islam tersebut; sebagai balasannya GAM harus menyerahkan
seluruh senjatanya.
- 5 Desember - bom rakitan yang dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran McDonald's cepat saji di Makassar, setahun setelah pengeboman KFC di kota yang sama. 3 orang tewas dan 11 luka-luka.
2003
Februari
- 3 Februari - sebuah bom rakitan meledak di lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
April
- 27 April - sebuah bom meledak di area publik di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. 2 orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
Mei
- 19 Mei - Pembicaraan damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM gagal; militer Indonesia melakukan serangan ofensif ke kubu gerilyawan GAM. Darurat militer diberlakukan di provinsi Aceh. (Lihat pula: Operasi militer Indonesia di Aceh 2003-2004)
Juli
- 25 Juli - Agustus
- 5 Agustus - Sebuah bom mobil meledak di depan Mariott Hotel di Jakarta, menewaskan belasan orang dan 152 orang lainnya mengalami luka-luka. (Lihat pula: Bom JW Marriott 2003)
- 26-31 Agustus - Indonesia Terbuka 2003 diselenggarakan di Batam. Indonesia memperoleh medali emas di tunggal putra.
Agustus-Oktober
Tiga orang
tersangka pengeboman Bali dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.
Tersangka keempat dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Abu Bakar
Baasyir dibebaskan dari tuduhan makar, namun kembali dipenjarakan dengan pasal
subversif dan pelanggaran keimigrasian. Dakwaan subversif kemudian dibatalkan.
2004
Januari
- 10 Januari - sebuah bom meledak di sebuah kafe di Palopo, Sulawesi menewaskan empat orang.
Pemilihan umum
parlementer dan daerah. Golkar memenangi suara terbanyak, disusul oleh PDI-P
Megawati
menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan ekonomi Indonesia, dan
pada 2004, maju ke Pemilu 2004 dengan harapan
untuk terpilih kembali sebagai presiden.
Ujian berat
dihadapi Megawati untuk membuktikan bahwa dirinya masih bisa diterima mayoritas
penduduk Indonesia. Dalam kampanye, seorang calon dari partai baru bernama Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, muncul sebagai saingan Megawati.
Partai Demokrat
yang sebelumnya kurang dikenal, menarik perhatian masyarakat dengan pimpinannya,
Yudhoyono, yang karismatik dan menjanjikan perubahan kepada Indonesia.
Pemilihan putaran pertama menyisihkan kandidat lainnya sehingga yang tersisa
tinggal Megawati dan SBY.
September
- 9 September 2004, ledakan besar yang bersumber dari sebuah mobil yang diparkir terjadi di depan Kedutaan Besar Australia. 5-11 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. (Lihat pula: Bom Kedubes Australia 2004)
Mantan jenderal
SBY memenangi pemilihan presiden putaran kedua, sebagian disebabkan karena
ketidakpercayaan pemilih terhadap Megawati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar