Liyangan diperkirakan pada jaman dahulu
adalah salah satu komplek perdusunan yang terkubur akibat bencana erupsi
Sindoro. Belum di ketahui pada abad berapa Liyangan ini terkubur oleh lahar
dari Gunung Sindoro.
Penemuan Situs Liyangan memperkuat hipotesis bahwa deretan pegunungan Merapi, Sindoro, Sumbing, dan Dieng menjadi semacam poros berkembangnya kawasan Mataram Kuno. Jawa Tengah berkembang menjadi pusat budaya klasik pada abad 7-10.
Situs desa Liyangan yang ditemukan di tempat penambangan galian pasir di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung diduga kuat merupakan tempat tinggal masyarakat pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Liyangan merupakan situs purbakala yang ditemukan di lereng Gunung Sindoro pada 2009.
Pihaknya juga menduga, Liyangan ini merupakan kawasan Mataram Kuno yang terkubur oleh letusan gunung Sindoro yang terjadi 1.000 tahun lalu. Material yang mengubur kompleks Liyangan ini merupakan aliran piroklastik atau awan panas Sindoro.
Gunung Sindoro yang terlihat tenang dan anggun ternyata menyimpan seribu mistery, Bemmelen seorang peneliti Belanda mengatakan bahwa, pada tahun 1600 - 1617 Sindoro pernah meletus dengan hebatnya dan meluluh-lantakkan desa-desa yang berada di kakinya, hal ini yang diperkirakan telah mengubur Situs Liyangan sedalam 10 M di bawah permukaan tanah. Diperkirakan, situs itu dibangun pada zaman Mataram Hindu pada abad 9 Masehi.
Situs Liyangan berupa perkampungan Mataram Kuno yang berada di ketinggian 1.200 dpl pada lereng gunung Sindoro, penemuan benda arkeologis di Liyangan tidak hanya berupa candi, namun juga terdapat tempat peribadatan, perkampungan dan lahan pertanian kuno. Liyangan adalah sebuah kota yang hilang selama berabad-abad dan baru terkuak ke permukaan akibat penambangan pasir liar pada tahun 2008. Berdasarkan gambaran hasil survei, Liyangan adalah salah satu kompleks situs permu****n, situs ritual dan pertanian.
Penemuan alat-alat kebutuhan sehari-hari menunjukkan kawasan ini dahulu kala memang sebuah tempat hunian. Benda- benda yang banyak ditemukan antara lain pipisan dan gandik yang merupakan alat penggerus obat-obatan pada zaman dahulu. Tak hanya situs perumahan masyarakat, kawasan yang berada di lereng Gunung Sindoro ini diduga juga menjadi area pertanian.
Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, atau pada masa silam merupakan wilayah Mataram Kuno, punya riwayat panjang kebencanaan.
Penemuan Situs Liyangan memperkuat hipotesis bahwa deretan pegunungan Merapi, Sindoro, Sumbing, dan Dieng menjadi semacam poros berkembangnya kawasan Mataram Kuno. Jawa Tengah berkembang menjadi pusat budaya klasik pada abad 7-10.
Situs desa Liyangan yang ditemukan di tempat penambangan galian pasir di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung diduga kuat merupakan tempat tinggal masyarakat pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Liyangan merupakan situs purbakala yang ditemukan di lereng Gunung Sindoro pada 2009.
Pihaknya juga menduga, Liyangan ini merupakan kawasan Mataram Kuno yang terkubur oleh letusan gunung Sindoro yang terjadi 1.000 tahun lalu. Material yang mengubur kompleks Liyangan ini merupakan aliran piroklastik atau awan panas Sindoro.
Gunung Sindoro yang terlihat tenang dan anggun ternyata menyimpan seribu mistery, Bemmelen seorang peneliti Belanda mengatakan bahwa, pada tahun 1600 - 1617 Sindoro pernah meletus dengan hebatnya dan meluluh-lantakkan desa-desa yang berada di kakinya, hal ini yang diperkirakan telah mengubur Situs Liyangan sedalam 10 M di bawah permukaan tanah. Diperkirakan, situs itu dibangun pada zaman Mataram Hindu pada abad 9 Masehi.
Situs Liyangan berupa perkampungan Mataram Kuno yang berada di ketinggian 1.200 dpl pada lereng gunung Sindoro, penemuan benda arkeologis di Liyangan tidak hanya berupa candi, namun juga terdapat tempat peribadatan, perkampungan dan lahan pertanian kuno. Liyangan adalah sebuah kota yang hilang selama berabad-abad dan baru terkuak ke permukaan akibat penambangan pasir liar pada tahun 2008. Berdasarkan gambaran hasil survei, Liyangan adalah salah satu kompleks situs permu****n, situs ritual dan pertanian.
Penemuan alat-alat kebutuhan sehari-hari menunjukkan kawasan ini dahulu kala memang sebuah tempat hunian. Benda- benda yang banyak ditemukan antara lain pipisan dan gandik yang merupakan alat penggerus obat-obatan pada zaman dahulu. Tak hanya situs perumahan masyarakat, kawasan yang berada di lereng Gunung Sindoro ini diduga juga menjadi area pertanian.
Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, atau pada masa silam merupakan wilayah Mataram Kuno, punya riwayat panjang kebencanaan.
Diperkirakan
di atas Talud ini dahulu ada bangunan besar semacam pendopo.
Liyangan adalah kota yang hilang karena terkubur. Demikian ucapan salah seorang wisatawan dan peneliti kepurbakalaan dari Amerika Serikat yang pernah berkunjung di situs Liyangan, yang ditemukan secara tak sengaja oleh penambang pasir di dusun Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung.
Liyangan pada zaman dahulu diperkirakan merupakan salah satu kompleks perdusunan yang terkubur akibat bencana erupsi Sindoro. Belum diketahui pada abad berapa Liyangan ini terkubur oleh lahar dari Gunung Sindoro. Menurut seorang peneliti dari Belanda bernama Bemmelen (1970), antara tahun 1600-1671 telah terjadi bencana hebat berupa meletusnya Gunung Sindoro sebanyak tiga kali. Jadi kalau benar berita tentang erupsi Gunung Sindoro ini, berarti Liyangan adalah saksi bisu bagaimana Sindoro meluluhlantakkan daerah sekitarnya.Menurut Tambah Pramono, juru pelihara Situs Liyangan, sekitar tahun 2008 beberapa penambang pasir menemukan beberapa temuan, seperti dua candi Ganesha, gerabah, talut (semacam fondasi dari bebatuan), alat penumbuk rempah-rempah dan beberapa yoni.
Lalu pada tahun 2009 ditemukan kembali beberapa bangunan. Berdasarkan gambaran hasil survei, Liyangan adalah salah satu kompleks situs permukiman, situs ritual dan pertanian. Dari data yang ada dan juga beberapa hasil penemuan, Liyangan ini merupakan satu perdusunan pada masa Kerajaan Mataram kuno.
Menurut Trihatmadji, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, penemuan situs Liyangan adalah penemuan yang spektakuler. Sementara itu berdasarkan penelitian, Liyangan dinyatakan sebagai Situs Istimewa di Indonesia. Selain bangunan candi dan juga arca-arca, di Liyangan juga ditemukan rumah panggung dari bahan kayu yang diperkirakan berusia 1.000 tahun.
Kini penggalian dan penelitian masih terus berjalan untuk menguak misteri salah satu peninggalan sejarah yang mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi.
Liyangan adalah kota yang hilang karena terkubur. Demikian ucapan salah seorang wisatawan dan peneliti kepurbakalaan dari Amerika Serikat yang pernah berkunjung di situs Liyangan, yang ditemukan secara tak sengaja oleh penambang pasir di dusun Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung.
Liyangan pada zaman dahulu diperkirakan merupakan salah satu kompleks perdusunan yang terkubur akibat bencana erupsi Sindoro. Belum diketahui pada abad berapa Liyangan ini terkubur oleh lahar dari Gunung Sindoro. Menurut seorang peneliti dari Belanda bernama Bemmelen (1970), antara tahun 1600-1671 telah terjadi bencana hebat berupa meletusnya Gunung Sindoro sebanyak tiga kali. Jadi kalau benar berita tentang erupsi Gunung Sindoro ini, berarti Liyangan adalah saksi bisu bagaimana Sindoro meluluhlantakkan daerah sekitarnya.Menurut Tambah Pramono, juru pelihara Situs Liyangan, sekitar tahun 2008 beberapa penambang pasir menemukan beberapa temuan, seperti dua candi Ganesha, gerabah, talut (semacam fondasi dari bebatuan), alat penumbuk rempah-rempah dan beberapa yoni.
Lalu pada tahun 2009 ditemukan kembali beberapa bangunan. Berdasarkan gambaran hasil survei, Liyangan adalah salah satu kompleks situs permukiman, situs ritual dan pertanian. Dari data yang ada dan juga beberapa hasil penemuan, Liyangan ini merupakan satu perdusunan pada masa Kerajaan Mataram kuno.
Menurut Trihatmadji, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, penemuan situs Liyangan adalah penemuan yang spektakuler. Sementara itu berdasarkan penelitian, Liyangan dinyatakan sebagai Situs Istimewa di Indonesia. Selain bangunan candi dan juga arca-arca, di Liyangan juga ditemukan rumah panggung dari bahan kayu yang diperkirakan berusia 1.000 tahun.
Kini penggalian dan penelitian masih terus berjalan untuk menguak misteri salah satu peninggalan sejarah yang mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi.
SITUS Liyangan yang ditemukan di tempat penambangan galian
golongan C di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung
menunjukkan sebuah tempat pemukiman masyarakat pada jaman Mataram Kuno. Hal
tersebut terungkap setelahTim dari Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan
tembikar atau fragmen keramik, talud serta struktur jalan kuno, pada
pertengahan Maret 2013.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Bekti Prijono mengatakan, fragmen-fragmen tersebut ditemukan oleh warga dan kemudian telah disusun sedemikian rupa oleh kelompok warga yang menyebut dirinya sebagai “Peduli Liyangan”. Kini benda-benda tersebut telah diselamatkan dan dalam waktu dekat akan dilakukan penelitian oleh Balai Arkeologi.
Liyangan merupakan situs purbakala yang ditemukan di lereng gunung Sindoro pada tahun 2009. Sejak itu, Balai Arkeologi dan BPCB (Balai Pelestari Cagar Budaya) Jawa Tengah sudah berulang-ulang melakukan eskavasi dan penelitian terhadap temuan-temuan yang ada.
Menurut Bekti, Pemerintah Kabupaten Temanggung telah membebaskan sekitar 5.000 meter persegi tanah Liyangan yang diduga menjadi titik episentrum situs. Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan, batas-batas imajiner para arkeolog menunjuk luasan area yang mencapai lima sampai enam hektare atau bisa lebih.
Ditambahkan, pada awal ditemukan oleh para penambang pasir, para ahli sudah mencurigai area Liyangan bukan merupakan lokasi candi atau semacamnya. Perkiraan tersebut terbukti setelah dilakukan eskavasi, dan kemudian diketahui bahwa kompleks Liyangan merupakan situs yang sangat mungkin merupakan pemukiman kuno.
Dari awal eskavasi Tim menemukan struktur candi, talud panjang, irigasi, sekam padi yang telah menjadi fosil dan keramik-keramik yang telah berusia 1.000 tahun lebih. Sementara pada penelitian lanjutan tahun 2012, Balai Arkeologi kembali menemukan struktur yang spektakuler yaitu jalan kuno.
“Berdasarkan hasil penelitian Balai Arkeologi, temuan Situs Liyangan ini termasuk temuan yang spektakuler karena jarang sekali terjadi di Indonesia. Temuan ini mirip kasus Pompey di Eropa dimana sebuah kawasan hilang karena terkubur material gunung yang meletus,” lanjutnya.
Pihaknya juga menduga, Liyangan ini merupakan kawasan Mataram Kuno yang terkubur oleh letusan gunung Sindoro yang terjadi 1.000 tahun lalu.
Ketua Tim Peneliti Situs Liyangan, Sugeng Riyanto mengatakan bahwa Situs Liyangan yang ditemukan di Kecamatan Ngadirejo itu merupakan situs paling lengkap dan istimewa untuk mengungkap kehidupan zaman Mataram Kuno.
Sejauh ini, pihaknya sudah menemukan beberapa situs yang berada di lokasi Liyangan. Diantaranya keramik dari Dinasti Tang (Cina), tulang fauna yang dikonsumsi seperti sapi, logam dan mata tombak, struktur talut, pecahan gerabah, serta konstruksi kayu arang.
“Semua penemuan tersebut akan terus kami teliti,” tandasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Bekti Prijono mengatakan, fragmen-fragmen tersebut ditemukan oleh warga dan kemudian telah disusun sedemikian rupa oleh kelompok warga yang menyebut dirinya sebagai “Peduli Liyangan”. Kini benda-benda tersebut telah diselamatkan dan dalam waktu dekat akan dilakukan penelitian oleh Balai Arkeologi.
Liyangan merupakan situs purbakala yang ditemukan di lereng gunung Sindoro pada tahun 2009. Sejak itu, Balai Arkeologi dan BPCB (Balai Pelestari Cagar Budaya) Jawa Tengah sudah berulang-ulang melakukan eskavasi dan penelitian terhadap temuan-temuan yang ada.
Menurut Bekti, Pemerintah Kabupaten Temanggung telah membebaskan sekitar 5.000 meter persegi tanah Liyangan yang diduga menjadi titik episentrum situs. Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan, batas-batas imajiner para arkeolog menunjuk luasan area yang mencapai lima sampai enam hektare atau bisa lebih.
Ditambahkan, pada awal ditemukan oleh para penambang pasir, para ahli sudah mencurigai area Liyangan bukan merupakan lokasi candi atau semacamnya. Perkiraan tersebut terbukti setelah dilakukan eskavasi, dan kemudian diketahui bahwa kompleks Liyangan merupakan situs yang sangat mungkin merupakan pemukiman kuno.
Dari awal eskavasi Tim menemukan struktur candi, talud panjang, irigasi, sekam padi yang telah menjadi fosil dan keramik-keramik yang telah berusia 1.000 tahun lebih. Sementara pada penelitian lanjutan tahun 2012, Balai Arkeologi kembali menemukan struktur yang spektakuler yaitu jalan kuno.
“Berdasarkan hasil penelitian Balai Arkeologi, temuan Situs Liyangan ini termasuk temuan yang spektakuler karena jarang sekali terjadi di Indonesia. Temuan ini mirip kasus Pompey di Eropa dimana sebuah kawasan hilang karena terkubur material gunung yang meletus,” lanjutnya.
Pihaknya juga menduga, Liyangan ini merupakan kawasan Mataram Kuno yang terkubur oleh letusan gunung Sindoro yang terjadi 1.000 tahun lalu.
Ketua Tim Peneliti Situs Liyangan, Sugeng Riyanto mengatakan bahwa Situs Liyangan yang ditemukan di Kecamatan Ngadirejo itu merupakan situs paling lengkap dan istimewa untuk mengungkap kehidupan zaman Mataram Kuno.
Sejauh ini, pihaknya sudah menemukan beberapa situs yang berada di lokasi Liyangan. Diantaranya keramik dari Dinasti Tang (Cina), tulang fauna yang dikonsumsi seperti sapi, logam dan mata tombak, struktur talut, pecahan gerabah, serta konstruksi kayu arang.
“Semua penemuan tersebut akan terus kami teliti,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar