Dharma Shanti adalah suatu ajaran untuk mewujudkan
perdamaian diantara sesama umat manusia. Acara dharma shanti ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan keperluan situasi dan relevansinya dengan kegiatan
keagamaan dan kemasyarakatan.
Kegiatan dharma shanti untuk saling maaf memaafkan dengan hati dan pikiran yang suci serta ucapan yang tulus iklas. masing-masing pihak secara sadar dan dengan segala keterbukaan serta kejernihan hati menghapuskan kekilafan dan kealpaan diantara sesama kita. Dharma Shanti sebaiknya dilaksanakan dalam menyambut tahun baru Saka (hari Raya Nyepi) pada bulan chaitra setiap setahun sekali, yang dilaksanakan baik di dalam tingkat kelompok kecil (suka duka) maupun tingkat desa atau yang lebih besar lagi dengan melibatkan berbagai unsur dilingkungannya. Secara perorangan hal ini dapat dilakukan pada setiap kesempatan dan dimanapun berada. Berdasarkan hal tersebut, berbagai kelompok umat Hindu terutama yang tinggal di Jakarta sepertinya biasa melakukan kegiatan tersebut. Demikian juga “Tempek Pondok Bambu” sebagai salah satu kelompok masyarakat Hindu mengadakan Dharma Santhi dalam rangka Nyepi dan tahun baru 1937 saka, pada Minggu, 29 Maret 2015 bertempat di kediaman salah seorang anggota yaitu Bapak Wayan Suarya di Komp. Pemda blok G 11 Pondok Kelapa. Melalui Dharma Shanti diharapkan para umat sedharma dapat berkumpul dan saling mengucap maaf, membangun hubungan simakrama yang lebih baik di masa datang dan mengingatkan pentingnya hubungan dengan sesama umat manusia sebagai pelaksanaan konsep Tri Hita Karana. Melalui Dharma Shanti diharapkan tercipta hubungan yang harmonis antar sesama bhuwana alit dan dengan bhuwana agung sehingga dapat tercipta dunia yang damai dan ajeg.
Kegiatan dharma shanti untuk saling maaf memaafkan dengan hati dan pikiran yang suci serta ucapan yang tulus iklas. masing-masing pihak secara sadar dan dengan segala keterbukaan serta kejernihan hati menghapuskan kekilafan dan kealpaan diantara sesama kita. Dharma Shanti sebaiknya dilaksanakan dalam menyambut tahun baru Saka (hari Raya Nyepi) pada bulan chaitra setiap setahun sekali, yang dilaksanakan baik di dalam tingkat kelompok kecil (suka duka) maupun tingkat desa atau yang lebih besar lagi dengan melibatkan berbagai unsur dilingkungannya. Secara perorangan hal ini dapat dilakukan pada setiap kesempatan dan dimanapun berada. Berdasarkan hal tersebut, berbagai kelompok umat Hindu terutama yang tinggal di Jakarta sepertinya biasa melakukan kegiatan tersebut. Demikian juga “Tempek Pondok Bambu” sebagai salah satu kelompok masyarakat Hindu mengadakan Dharma Santhi dalam rangka Nyepi dan tahun baru 1937 saka, pada Minggu, 29 Maret 2015 bertempat di kediaman salah seorang anggota yaitu Bapak Wayan Suarya di Komp. Pemda blok G 11 Pondok Kelapa. Melalui Dharma Shanti diharapkan para umat sedharma dapat berkumpul dan saling mengucap maaf, membangun hubungan simakrama yang lebih baik di masa datang dan mengingatkan pentingnya hubungan dengan sesama umat manusia sebagai pelaksanaan konsep Tri Hita Karana. Melalui Dharma Shanti diharapkan tercipta hubungan yang harmonis antar sesama bhuwana alit dan dengan bhuwana agung sehingga dapat tercipta dunia yang damai dan ajeg.
Dalam acara tersebut, seperti tahun sebelumnya diisi Dharma Wacana Tema atau
judul dharma wacananya terkait dengan palaksanaan dan makna Nyepi,
disamping itu juga tentang Huruf Sakti
baik terkait dengan makrokosmos ( alam )
maupun mikrokosmos ( fisik manusia ) . Nyepi bermakna penyucian diri (bhuwana
alit) dan alam semesta (bhuwana agung). Penyucian ini diejawantahkan secara
fisik dalam bentuk caru dan secara psikis dalam bentuk pengendalian diri
(puasa). Berbagai rangkaian upacara dilaksanakan mulai dari melasti yang
bermakna pembersihan diri atas segala kekotoran yang telah didapat selama
setahun terakhir, kemudian dilanjutkan dengan Tawur Agung yang bermakna
pengharmonisan kembali segala macam unsur pembentuk semesta, kemudian
dilanjutkan dengan inti upacara yaitu Tapa Brata Penyepian yang bermakna
pelatihan dan perenungan diri menuju tahun yang baru. Disaat tahun baru yang
biasa kita kenal dimulai dengan hura-hura dan bersenang-senang, tetapi Hindu
justru mengajarkan untuk menyambut tahun baru melalui kontemplasi dan
pengenalan lebih jauh ke dalam diri, karena dari pengenalan diri itulah bermula
suatu upaya untuk mengenal Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Setelah dharmawacana dan
tanyajawab, dilanjutkan dengan salam-salaman sebagai ungkapan ucapan selamat
tahun baru 1937 saka sekaligus sebagai ungkapan
mohon maaf . Berikutnya ramah tamah dan makan siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar