Sabtu, 15 Maret 2014

Materi Belajar untuk orang dewasa



Materi dibawah ini, tidak bersifat komersial, ini merupakan rangkuman dan gabungan dari beberapa sumber materi. Tujuannya untuk catatan ketika dibutuhkan.

 
BELAJAR  UNTUK  ORANG  DEWASA
Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997).
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak.
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:[1][2]
  1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
  2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
  3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
  4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).


Strategi Pembelajaran Orang Dewasa

Pengertian :
Andragogi adalah ilmu untuk membantu bagaimana agar orang dewasa mau
belajar.

Paedagogi adalah ilmu untuk membantu bagaimana orang (anak-anak) mau belajar.

Ciri-ciri :
Andragogi :
1.      Bahwa orang dewasa sudah mempunyai konsep diri, yaitu kepribadian yang tidak
bergantung kepada orang lain.
2.      Bahwa orang dewasa sudah mempunyai pengalaman yang banyak dan
pengalaman ini dapat menjadi sumber
yang penting.
3.      Bahwa orang dewasa sudah mempunyai kesiapan belajar yang diprioritaskan pada
tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya.
4.      Bahwa orang dewasa sudah mempunyai prospektif waktu dalam arti ingin
secepatnya mengaplikasikan apa yang ia pelajari.


Pedagogi :
1.      Bahwa anak-anak belum mempunyai konsep diri untuk berkembang serta
menggantungkan diri kepada orang lain.
2.      Bahwa anak-anak belum mempunyai pengalaman untuk dijadikan sumber belajar.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANDRAGOGI DENGAN PEDAGOGI


Pengertian Strategi Pembelajaran Orang Dewasa
 
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan. Bila istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini untuk membantu menghasilkan belajar. Jadi arti pembelajaran adalah suatu prubahan yang dapat memberikan hasil jika (orang-orang) berinteraksi dengan informasi (materi,kegiatan, pengalaman). Definisi lain pembelajaran adalah upaya yang direncanakan dan dilaksanakan dengan sengaja untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga belajar.

Strategi merupakan sarana organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Strategi pembelajaran adalah sarana atau cara bagaimana agar pembelajaran berlangsung secara efektif sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

Pembelajara orang dewasa adalah pembelajaran untuk memahami orang dewasa dalam belajar dengan kondisi optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982) mengungkapkan ada enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :
  1. Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar dapat dikehendaki namun dapat juga tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses sosialisasi, sejak dari pengasuhan keluarga, pengaruh teman sebaya, pekerjaan, permainan, wajib militer dan media masa.
  2. Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seorang pun yang dapat melakukan belajar untuk kita.
  3. Belajar mencakup perubahan, sesuatu yang ditambahkan atau dikurangi. Perubahan-perubahan mungkin kecil sekali pada masa dewasa.
  4. Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan biologis dan fisik dalam kepribadian, nilai peranan dan tugas yang biasanya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal. 
  5. Berkaitan dengan pengalaman dan mengalami, Belajar adalah mengalami, yaitu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar adalah melakukan.
  6. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul dari kegiatanbelajar itu sendiri. Intuisi dinamankan pengetahuan yang tidak dapat ditemukan.

 Karakteristik Orang Dewasa

Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.


Karakteristik orang dewasa menurut Knowles (1986) berbeda asumsinya dibandingkan dengan anak-anak. Asumsi yang dimaksud adalah:
  1. Konsep dirinya bergerak dari seorang pribadi yang bergantung ke arah pribadi yang mandiri
  2. Manusia mengakumulasi banyak pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi sumber belajar yang berkembang
  3. Kesiapan belajar manusia secara meningkat diorientasikan pada tugas perkembangan peranan sosial yang dibawanya.
  4. Persfektif waktunya berubah dari suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya dari yang terpusat pada pelajaran beralih menjadi terpusat pada masalah.
Dari asumsi tentang konsep diri tersebut mengandung implikasi mengenai pembelajaran orang dewasa yaitu :
  1. Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan 
  2. Terjadinya multi komunikasi
  3. Peran serta warga belajar harus diutamakan
  4. Pendapat orang dewasa harus dihormati
  5. Belajar orang dewasa bersifat unik, subyektif, dan lokalitas
  6. Rasa saling mempercayai antara pendidik dan terdidik
  7. Orang dewasa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda 
  8. Orang dewasa belajar igin mengetahui arti dirinya dalam kelompok belajar
  9. Membangkitkan motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri.
Berpusat pada karakteristik orang dewasa tersebut, maka akan mempengaruhi aspek-aspek pembelajaran orang dewasa antara lain mengenal kurikulum atau materi, metode, media, sumber belajar, dan setting pembelajaran.

Kurikulum dalam kegiatan belajar orang dewasa harus disusun berdasarkan kebutuhan yang terkait dengan pelaksanaan tugas peran sosial mengenai permasalahan kehidupan yang secara kongkrit dihadapi oleh warga belajar, bukan disusun atas dasar urutan logik mata pelajaran.

Materi pembelajaran orang dewasa disusun berdasarkan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yang diharapkan. Oleh karena itu sarana untuk menentukan kebutuhan belajar adalah menyusun suatu model belajar orang dewasa dan mengungkap kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yang diharapkan.


Metode dan teknik pembelajaran memegang peranan  penting dalam menyusun strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar membelajarkan . Metode dan teknik pembelajaran orang dewasa akan dibahas tersendiri.



Model-model Pembelajaran Orang Dewasa

Sesuai dengan karakteristik orang dewasa, maka pembelajarannya juga memerlukan karakteristik yang khusus. Ada beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajaran orang dewasa yaitu :


a. Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peranan


Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan partisipatori andragogi melalui daur pengalaman struktur. Model pembelajaran ini merupakan proses membantu belajar orang dewasa secara analisis dan partisipasif melalui tahap-tahap :
  1. Pengenalan dan penghayatan terhadap masalah dan kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas menurut pandangan peserta
  2. Pengungkapan masalah/kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas menurut pandangan peserta
  3. Pengolahan masalah dan kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator atau narasumber.
  4. Penyimpulan cara pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan penigkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator
  5. Penyerapan dan penerapan cara-cara peningkatan mutu program dan kemampuan petugas dalam penyelenggaraan program.'
Merujuk pada model pembelajaran daur pengalaman berstruktur untuk analisis peran peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). Pembelajaran dengan metode ATMAP adalah upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasi metode ATMAP dalam daur pengalaman berstruktur adalah sebagai berikut :

1. Arah program dan arah tugas
Arah program berkenaan antara lain tujuan kegiatan, cara pelaksanaan dan cara penilaian dari program yang diselenggaraka pada masyarakat. Arah tugas peserta berkenaan tugas pokok, rincian kegiatannya dan proses pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini antara lain sajian arah, telaah kaus, curah pendapat, ceramah, tanya jawab, dan metode lain yang sesuai.

2. Terapan program dan tugas
Terapan program artinya cara pelaksanaan program menurut arah yang telah ditetapkan baik yang sudah diwujudkan maupun yang diperkirakan. Terapan tugas artinya cara pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan. Terapan program dan terapan tugas dikaitkan dengan situasi dan kondisi wilayah, tempat serta fasilitas pendukungnya. Metode pembelajaran untuk ini antara lain menggunakan curah pendapat, diskusi, telaah terapan,kerja kelompk,dan metode lain yang sesuai.


3. Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas
Masalah terapan program adalah masalah-masalah yang muncul atau yuang diperkirakan akan muncul baik internal maupun eksternal. Masalah terapan tugas artinya masalah kemampuan petugas dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan terapan program baik yang muncul atau yang diperkirakan akan muncul (internal maupun eksternal). Metode pembelajaran ini antara lain curah pendapat, telaah kasus, diskusi kelompok (pleno), telaah banding, telaah lapangan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai.

4. Alternatif Pemecahan Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas
Alternatif pemecahan masalah terapan program artinya gagasan-gagasan cara pemecahan masalah yang telah dianalisis baik untuk sekarang ataupun yang akan datang terutama terhadap masalah internal. Alternatif pemecahan masalah terapan tugas artinya gagasan-gagasan cara peningkatan kemampuan petugas sesuai dengan tuntutan terapan program baik untuk sekarang maupun untuk yang akan datang terutama yang bersifat internal. Metode pembelajaran untuk ini adalah telaah kasus, diskusi, telaah banding, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai.

5. Peran Petugas
Peran petugas artinya peran dan kemampuannya melaksanakan program serta pemecahan masalahnya, untuk sekarang maupun yang akan datang. Metode pembelajaran untuk ini harus ditekankan kepada belajar, praktek dan bekerja melalui metode diskusi, kerja kelompok atau individual, simulasi, bermain peran dan metode lain yang sesuai.


b. Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inguiry Training Model)

Latihan penyelidikan sebagai salah satu model pembelajaran meliputi lima fase yaitu :
  1. Menghadapkan peserta belajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka-teki
  2.  Fase operasional pengumpulan data untuk verifikasi, meminta peserta belajar menanyakan serangkaian serangkaian pertanyaan untuk dijawab oleh fasilitator dengan "ya" atau "tidak" dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen mengenai lingkungan situasi masalah.
  3. Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi
  4. Peserta belajar menyadap informasi dari pengumpulan data mereka dan menjelaskan masalah sebaik mungkin.
  5. Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan di sini ialah pada konsekuensi strategi tertentu. Analisis ini berusaha membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan dan mengikuti rencana: Pengadaan fakta, Menentukan apa yang relevan, Menyiapkan konsep penjelasan atau hubungan. 

c. Model Pembelajaran Advance Organizer

Advance Organizer ialah materi pengenalan yang disajikan lebih dahulu dari tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tugas pembelajarn itu sendiri. tujuannya ialah untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari lebih dahulu, disamping juga untuk membantu peserta belajar membedakan materi baru dari materi pembelajaran yang telah diberikan. Organisasi yang paling efektif adalah materi yang menggunakan konsep, istilah dan dalil yang telah dikenal oleh warga belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi.

Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat juga film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar ialah untuk menghayati informasi, untuk mengingat gagasan sentral dan mungkin juga fakta kunci. Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran kepada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi perkenalan dalam bentuk Advance Organizer berupa lampiran yang dapat digunakan untk mengaitkan data baru yang relevan.


Advance Organizer pada umumnya didasarkan pada konsep dan hukum/aturan suatu disiplin. Sebagai contoh suatu pelajaran atau uraian mengenai sistem kasta di India dapat didahului dengan  organizer yang didasarkan pada konsep stratifikasi sosial. Biasanya organizer dikaitkan dengan materi yang bersifat aktual atau kurang abstrak dibandingkan dengan yang mendahuluinya. Organizer timbul dari hubungan secara integral dengan materi pembelajaran. Organizer dapat juga digunakan secara kreatif untuk menyiapkan persfektif baru.


Pembelajaran model Advance Organizer dapat diterapkan melaluibeberapa fase yaitu :
  1. Penyajian Advance Organizer meliputi kegiatan : Menjelaskan tujuan satuan pelajaran, Menyajikan organizer, Mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan dan pengalaman yang relevan dengan latar belakang peserta belajar.
  2. Penyajian materi tugas pembelajaran; Menyusun urutan logis materi pelajaran bagi warga belajar, Membina perhatian warga belajar, Menyiapkan bahan organiser yang bersifat eksplisit.
  3. Memperkuat organisasi kognitif : Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi, Mengintegrasikan pembelajaran penerimaan aktif,Memperoleh pendekatan kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.

d. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep

Pembelajaran model pemerolehan konsep mencakup penganalisisan proses berpikir dan diskusi menganai atribut peroleha konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada model dasar yang melibatkan lebih banyak peserta belajar berpartisipasi dan mengendalikan diskusi serta lebih banyak materi yang kompleks. Kelaziman diantara materi ini merupakan aplikasi dari teori tentang konsep. Inilah yang membedakan antara model perolehan konsep yang asli dengan perlombaan menebak. Model ini mengandung nilai aplikasi yang penting dan langsung kepada pembelajaran sebagai berikut :
  1. Dengan memahami hakikat dari konsep dan kegiatan yang bersifat konseptual fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar memperoleh pengertian suatu konsep
  2. Fasilitator dapat mengenal strategi pengkategorisasian yang digunakan warga belajar dan membantu mereka menggunakannya secara lebih efektif.
  3. Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan menggunakan model pembelajaran tentang hakikat proses perolehan konsep

ORANG DEWASA BELAJAR
Bagaimana Pemilihan Metode Pembelajarannya?

Orang dewasa belajar, apa orang belajar dewasa? Mirip-mirip, yang jelas ada dua kata yang penting yaitu dewasa dan belajar. Apa dewasa itu dan apa pula belajar? Mengapa orang dewasa belajar dan bagaimana cara belajarnya? Itulah permasalahan dalam tulisan ini. Lalu bagaimana dengan Anda yang berprofesi sebagai fasilitator yang memfasilitasi orang dewasa belajar?
Dalam tulisan ini penulis berharap dapat ikut berpartisipasi dalam mensuksukseskan tercapainya tujuan pembelajaran khususnya pada orang dewasa. Apakah Anda berprofesi sebagai fasilitator baik widyaiswara, dosen, instruktur, dan yang sejenisnya? Mari kita bersama-sama membahas beberapa permasalahan di atas dalam tulisan berikut.

BELAJAR DAN DEWASA

Belajar adalah perolehan pengetahuan melalui observasi dan studi yang menimbulkan perubahan pada sikap dan atau perilaku. Dalam belajar terjadi perbedaan pecepatan dan tingkatan penyerapan dari masing-masing pembelajar. Belajar sebaiknya berkesinambungan selama kehidupan masih ada di badan.  Jadi belajar bukan hanya pada waktu anak-anak atau remaja, tapi juga pada waktu seseorang sudah dewasa bahkan sampai ambang kematian.
Dewasa mengandung pengertian matang, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, mandiri tidak selalu tergantung pada orang lain. Mengapa orang dewasa belajar? Di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya serba berubah. Belajar membantu seseorang untuk berubah menjadi maju dan lebih baik, berarti kalau tidak belajar akan sulit berubah, dan ujung-ujungnya kalau tidak belajar akan tertinggal.Ciri-ciri orang dewasa belajar tentu saja berbeda dengan anak-anak.  Dalam proses pembelajaran, orang dewasa menghendaki kemandirian dan sedikit kebebasan, tidak mau diperlakukan seperti anak-anak, misalnya hanya diberi ceramah oleh orang tentang anjuran dan larangan. Orang dewasa lebih memilih dibawa pada situasi belajar yang memperlakukan dirinya dengan penuh penghargaan, memperhatikan pengalaman kerja bahkan pengalaman hidupnya. Dengan demikian orang dewasa akan melakukan proses pembelajaran dengan pelibatan dirinya secara lebih mendalam.. Oleh sebab itu perlu diketahui cara-cara yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa.
Bila Anda berprofesi sebagai fasilitator, ada beberapa permasalahan orang dewasa belajar yang harus diketahui Anda sikapi. Yang pertama adalah harapan, orang dewasa akan lebih siap mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi masa depan mereka. Bila ada manfaat pada masa depan dan kariernya baru akan memacu semangat belajar mereka. Kedua adalah latar belakang keluarga dan sosial. Sangat jelas bahwa faktor keluarga yang harmonis dan menempatkan sendi-sendi belajar yang tepat serta lingkungan sosial yang mendukung dapat mempengaruhi keinginan dan kebutuhan orang dewasa belajar. Demikian pula sebaliknya. Ketiga adalah faktor daya ingat, penglihatan, pendengaran, dll yang sudah menurun dijadikan sebagai pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran secara keseluruhan mulai dari setting tempat, materi, metode, jadual, dan seterusnya.






YANG PERLU DIPERHATIKAN

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan olah fasilitator untuk memperlancar proses pembelajaran orang dewasa yang ujung-ujungnya dapat secara efektif mencapai tujuan pembelajaran.
1.  Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif
Menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan mendesain pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat melalui penggunaan berbagai metode dan teknik pembelajaran. Lingkungan pembelajaran meliputi lingkungan belajar belajar fisik dan non fisik. Lingkungan belajar fisik seperti gedung, ruang kelas, taman, dsb. Sedangkan lingkungan belajar non fisik termasuk interaksi antar fasilitator dengan pembelajar, interaksi antar individu sesama pembelajar, dan antar individu pembelajar dengan penyelenggara pembelajaran.
2.    Prinsip-prinsip Belajar Orang Dewasa yang Efektif
Prinsip-prinsip belajar orang dewasa yang efektif perlu dipahami oleh fasilitator dan penyelenggara pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan efektif. Beberapa prinsip dimaksud adalah:

a. Menciptakan lingkungan positif
b. Menjaga minat belajar
c. Menciptakan interaksi sosial
d. Adanya rasa hormat
e. Harga diri
f.  Penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas
g. Penguasaan fasilitator terhadap tujuan pembelajaran
h. Keterkaitan materi pembelajaran dengan pengalaman kerja dan hidupnya
i.  Program pembelajaran yang terpusat
j.  Penerapan hasil belajar di tempat kerja
k. Refleksi proses dan hasil belajar

3. Mengenal Gaya Belajar
Mengenal gaya belajar tujuannya untuk mengembangkan keahlian presentasi yang kreatif disesuaikan dengan gaya belajar si pembelajar yang bermacam-macam dan berbeda. Fasilitator diharapkan dapat menciptakan iklim belajar yang bersemangant dan kreatif, membangum dan membina hubungan dengan pembelajar, dapat mengembangkan  strategi fasilitasi, dan memahami kunci keberhasilan merencanakan sesi pembelajaran yang efektif.
4. Mengembangkan Kerangka Belajar
Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kerangkan belajar adalah dengan pendekatan pencapaian pengetahuan dan ketrampilan pada kompetensi tingkat tertentu. Semakin mengarah pada penguasaan optimal kompetensi bawah sadar menjadi semakin mantap kompetensinya.

5. Menggunakan Strategi Pembelajaran yang Bervariasi
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan katika merencanakan penyajian pelatihan meliputi analisis kebutuhan pelatihan, merumuskan hasil belajar yang diharapkan, mengidentifikasi metode penyajian yang tepat, memilih lokasi pelatihan yang tepat, dan menyiapakan sumber daya pelatihan yang cocok.
6. Membuat Presentasi yang Menyenangkan
Menumbuhkan kesenangan pada presentasi yaitu dengan menggunakan pendekatan bahwa proses pembelajaran dianalogikan dengan proses entertainment, sehingga menumbuhkan daya tarik yang positif dari pembelajar. Dalam hal ini suasana ruang pembelajaran yang digunakan didesain sedemikian rupa sehingga lingkungan belajar dapat menumbuhkan minat belajar. Menggunakan teknik presentasi yang manarik, menciptakan suasana yang gembira dan tidak menegangkan. Variasi suasana untuk menciptakan suasana gembira dapat didesain di awal pembelajaran, di tengah-tengah proses, atau di akhir proses secara proporsional dan tidak berlebihan.
7. Kersasama Tim
Proses pembelajaran yang efektif ditentukan pula dengan adanya kerjasama tim antara penyelenggara, fasilitator dan peserta. Peserta pembelajaran dilatih dengan berbagai teknik membangun tim dan dibiasakan bekerja dalam tim selama proses pembelajaran yang diikuti. Hal ini dilakukan dengan harapan benar-benar terbiasa dengan proses kerjasama tim dan merasakan manfaatnya, sehingga setelah kembali ke tempat tugas dapat membangun kerjasama tim yang efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN
Bagi Anda yang menjadi fasilitator pada pembelajaran orang-orang dewasa entah sebagai widyaiswara, dosen, instruktur, dll, penulis berharap tulisan ini ada manfaatnya. Dari penjelasan tentang pemilihan dan penerapan metode pembelajaran untuk orang dewasa belajar di atas dapat disimpulkan dan disarankan hal-hal sebagai berikut:

a. Persiapan yang matang, meliputi:
  • Bahan ajar yang dinamis dan kreatif sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
  • Penetapan lokasi dan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, setting ruang belajar yang tepat sesuai kebutuhan pelatihan.
  • Penyiapan alat bantu pembelajaran dan menggunakannya secara optimal.
  • Merancang jadwal kegiatan pembelajaran yang realistis.
b.Kamampuan fasilitator melakukan presentasi dengan menggunakan teknik-teknik presentasi yang tepat untuk orang dewasa dengan penciptaan suasana pembelajaran yang menarik, kratif dan proporsional serta sejauh mungkin relevan dengan materi pembelajaran dan menumbuhkan pembelajaran yang menggembirakan.
c. Koordinasi yang efektif antara fasilitator dengan penyelenggara pelatihan sebagai tim yang kreatif dan dinamis dengan persepsi yang sama tentang tujuan pembelajaran.

d. Proses evaluasi hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi di akhir pembelajaran.
e. Kaji ulang seluruh proses pembelajaran sebagai umpan balik untuk pengembangan pembelajaran berikutnya.
Demikian dan penulis yakin bahwa Anda adalah fasilitator yang luar biasa dalam memfasilitasi orang dewasa belajar.  Selamat bekerja Anda pasti bisa !!!

Proses Belajar Orang Dewasa
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar orang dewasa/ Andragogi adalah:
1.  The need to know = kebutuhan untuk tahu
2.  The learners’ self concept = konsep diri yang dimiliki oleh warga belajar
3.  The role of the learners’ experiences = peran pangalaman yang dimiliki warga belajar
4.  Readiness to learn = kesiapan belajar orang dewasa
5.  Orientation to learning = orientasi belajar orang dewasa
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan konvensional pada umumnya, yaitu bahwa dalam pendidikan konvensional pembelajar memainkan peran submisif. Sedangkan andragogi didasari oleh asumsi bahwa pembelajar memahami kenapa ia perlu untuk belajar, memiliki tanggung jawab terhadap keputusan dan hidupnya sendiri, memulai proses belajar denga sejumlah pengalaman yang sudah dimilikinya, memiliki kesiapan untuk belajar karena sesungguhnya sudah berhadapan langsung dengan obyek yang sedang dipelajarinya dan ingin menghadapinya secara lebih efektif, dan lebih termotivasi secara internal ketimbang eksternal.
Dalam pembelajaran andragogi perlu diperhatikan 3 hal penting:
  1. Democracy (Demokrasi)
  2. Continuity (Kesinambungan)
  3. Interaction (Interaksi)
Adapun langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.
Seperti diketahui bahwa orang dewasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak sehingga proses belajar orang dewasa juga berbeda dengan anak. Namun demikian bukan berarti orang dewasa yang satu dengan lainnya selalu memiliki kesamaan, mereka juga memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Oleh karenanya pendekatan yang digunakan untuk membelajarkan orang desawa juga ada beberapa macam, yaitu:
  1. Pendekatan Berpusat pada Masalah: program belajar berpusat pada masalah mengarahkan pengalaman belajar pada masalah yang dialami oleh WB dalam kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk memahamkan warga belajar bahwa pengetahuan yang dilakukan melalui belajar berguna untuk memecahkan hidup sehari-hari.
  2. Pendekatan Proyektif: Adalah pendekatan yang digunakan untuk memprediksi sesuatu yang dapat dilaksanakan WB secara menyeluruh karena terkondisi dengan persoalan hidup sehari-hari dan bukan karena tekanan dari luar. Bentuk pelaksanaan pendekatan ini dengan pengidentifikasian masalah yang dialami oleh warga dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dibuat tema belajar terkait yang kemudian digunakan untuk pemecahan masalah.
  3. Pendekatan aktualisasi diri: Didasarkan atas kepercayaan akan kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri, memahamkan bahwa setiap individu memiliki peran dalam suatu perubahan yang diinginkan. dengan pendekatan ini diharapkan warga belajar dapat bertindak secara konsisten untuk mendorong pemikiran tentang keberhasilan.
Proses belajar seseorang berbeda dan tidak nampak secara lahiriah pada diri seseorang oleh orang lain, oleh karenanya proses belajar  disebut sebagai proses intern. Sedangkan yang tampak dari luar merupakan cerminan proses yang terjadi secara intern didalam diri individu. Proses ekstern ini yang menunjukkan apakah dalam diri seseorang terjadi proses belajar atau tidak. Proses belajar dalam diri seseorang yang sedang belajar melalui 6 tahap, yaitu: 1) motivasi; 2)perhatian pada pelajaran; 3) menerima dan mengingat; 4)reproduksi; 5) generalisasi dan 6) melaksanakan tugas belajar dan umpan balik.
Adapun metode yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah metode diskusi, kunjungan lapangan dan karya wisata, demonstrasi dan metode pelatihan.

Belajar Pembelajaran dalam Pendidikan Orang Dewasa
Pengertian sederhana dari belajar adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti. Pengertian yang lebih mendalam dari belajar adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh sesuatu informasi yang penting dan berguna bagi dirinya melalui proses interaksi. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses dimana seorang guru/ pengajar menyampaikan suatu informasi pengetahuan pada siswanya.
Proses belajar pembelajaran tiap manusia berbeda-beda. Dapat dilihat dari proses belajar pembelajaran anak-anak, remaja, dan orang dewasa sangatlah berbeda. Sistem pada anak-anak dan remaja yang masih duduk di bangku persekolahan masih bisa ditangani dengan penerapan teori pedagogi. Sedangkan untuk menangani sistem pembelajaran bagi orang dewasa, tidak lagi bisa menggunakan teori pedagogi tetapi lebih kepada teori andragogi. Dan sebagai pendidik orang dewasa, maka harus mampu memahami strategi pembelajaran warga belajar orang dewasa. Mengapa demikian? Karena, orang dewasa sangat berbeda dengan anak – anak.
Bagi anak – anak belajar merupakan suatu kewajiban, jadi mereka akan mengikuti apa saja yang dikehendaki gurunya dalam proses pembelajaran. Tapi lain halnya dengan orang dewasa, mereka mengikuti proses pembelajaran karena mereka berminat dan membutuhkan pembelajaran itu. Jika mereka tidak berminat, maka mereka tidak akan mau mengikuti kegiatan itu. Fasilitator harus melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap kebutuhan warga belajar tersebut. Lalu jika kebutuhannya berbeda – beda, fasilitator bisa mengelompokkan dari warga belajarnya  yang mungkin memiliki kesamaan kebutuhan. Selanjutnya fasilitator memberikan wewenang kepada mereka untuk menetukan materi apa yang akan dipelajari dan kapan mereka akan melaksanakan kegiatan tersebut.Jadi, untuk melaksanakan proses pembelajaran kita harus menguasai strategi dalam pembelajaran tersebut. Supaya mereka para orang dewasa tertarik dan mau mengikuti pembelajaran itu. Dan di dalam pembelajaran itu kita bisa memberikan metode – metode yang tidak membosankan sehingga mereka betah dan tetap semangat untuk belajar.
Upaya – upaya yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar pada warga belajar orang dewasa misalnya dengan :
·      Fasilitator menggunakan metode pembelajaran yang menarik.
Contoh :
kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (KF) dilakukan sambil jalan – jalan. Misalnya jalan – jalan ke kantor pos, balai desa dll. Dalam perjalanan pun bisa dilakukan proses pembelajaran. Misalnya saat bertemu kuda, kita bisa menggunakannya untuk belajar, yaitu dengan menulis kata kuda an mengejanya untuk belajar membaca. Dengan begitu warga belajar akan tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
·Fasilitator harus meyakinkan pada warga belajar bahwa mereka pasti akan berhasil jika mereka bersungguh – sungguh dalam pembelajaran.
Contoh :
saat orang – orang dewasa mengikuti pembelajaran biasanya mereka kurang yakin dan pesimis. Maka kita meyakinkannya bahwa mereka pasti berhasil apabila mereka serius menekuni pembelajaran tersebut.
·   Fasilitator memberikan materi – materi pembelajaran yang benar – benar berharga dan sesuai dengan kebutuhan warga belajar.
Contoh :
memberikan les menjahit bagi ibu – ibu yang suka menjahit. Maka ibu – ibu tersebut akan termotivasi untuk belajar, karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
·   Fasilitator – fasilitator juga harus semangat.
Contoh :
kita sebagai fasilitator harus semangat saat memberikan pembelajaran. Karena dengan kita bersemangat warga belajar pun akan termotivasi juga untuk belajar.

     Cara mendorong motivasi belajar orang dewasa sehingga terjadi transformasi motivasi :
  • Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut mempunyai tujuan jelas dari apa yang diinginkan. Jadi upaya kita untuk mendorong motivasi tersebut adalah dengan membantu mereka untuk menentukan tujuan mereka
  • Menanyakan pada mereka apa yang benar – benar mereka inginkan dan meyakinkan mereka bahwa mereka pasti akan dapat mencapai keinginan tersebut jika mereka bersungguh – sungguh
  • Dengan memberikan materi pembelajaran yang merupakan kebutuhan mereka. Jika materinya merupakaan kebutuhan merek, secara otomatis mereka akan menganggap bahwa pembelajaran itu adalah kebutuhan mereka. Sehingga motivasi yang kita berikan akan berangsur – angsur berubah menjadi motivasi dalam diri mereka sendiri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi belajar orang dewasa antara lain :
·      Usia ,
Contoh :
Adi adalah seorang anak kelas 5 SD. Dia seorang anak yang sangat aktif dan rajin untuk belajar disekolahnya. Tetangganya, yaitu Pak Ade adalah seorang yang buta huruf, beliau sudah dibujuk untuk mengikuti program KF tetapi beliau merasa sangat malas untuk belajar karena mengingat usianya.
  • Pekerjaan / kesibukan,
Contoh :
anak – anak semangat belajar karena mereka belum mempunyai banyak kesibukan atau tanggung jawab, berbeda dengan orang yang sudah dewasa. Pekerjaannya membuat mereka tidak ada waktu untuk belajar karena mereka terlalu sibuk.
  • Lingkungan,
Contoh :
Pak Ali adalah seorang pemulung yang buta huruf, sebenarnya beliau ingin sekali bisa membaca dan menulis, tetapi karena lingkungannya yang dominan dengan orang – orang yang tidak ada semangat untuk belajar, maka beliaupun tidak punya motivasi untuk mengikuti program KF.
  • Materi pembelajaran yang diberikan,
Contoh :
Pak Andi mengikuti pelatihan, tetapi materi yang diberikan terlalu rumit. Sehingga beliaupun malas untuk meneruskan pelatihan tersebut.
  • Metode yang digunakan,
Contoh :
suatu lembaga melaksanakan progam KF, tetapi metode yang digunakan sangat monoton dan kurang menarik. Jadi banyak warga belajar yang mengeluh dan bosan untuk mengikuti proses pembelajaran itu.

Pembelajaran Orang Dewasa (Androgogi)

Andragogi lahir setelah didahului paedagogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu paed berarti “anak” dan agogos berarti “memimpin atau membimbing”. Paedagogi adalah ilmu dan seni dalam mengajar anak. Sedangkan andragogi sendiri juga berasal dari bahasa Yunani yakni andr yang berarti “orang dewasa” dan agogos yang berarti “memimpin atau membimbing”. Orang dewasa sendiri dapat didefenisikan dalam tiga aspek yaitu :
  • Giologis seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi.
  • Psikologis seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
  • Sosiologis seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya.
Menurut Alexander Kapp andragogi lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacad maupun tidak cacad secara berkelanjutan.
Pendekatan andragogi diantaranya digunakan dalam : penanganan kasus-kasus dalam bidang pelayanan masyarakat, proses pemasyarakatan kembali, pendidikan luar sekolah, manajemen personalia, organisasi-organisasi, program-proram pembangunan masyarakat dan sejenisnya.

Karakteristik Pendidikan Orang Dewasa

Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
Menghubungkan pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta menjadikan pengalaman sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu metode yang digunakan berfokus pada diskusi dan aplikasi materi.
Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk BelajarHal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung JawabBanyaknya peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa erbatas. Oleh karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu ini.
Kurang Percaya Pada Kemampuan Diri untuk Belajar KembaliTekadang orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas pendidikan dalam pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
Orang Dewasa Lebih Beragam dari Pada PemudaSetiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.

Makna Belajar Bagi Orang Dewasa
Pengalaman-pengalaman yang diberikan kepada pebelajar sangatlah penting karena melalui pengalaman itu belajar akan memberikan makna.

Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya Terhadap Belajar

Mengacu pada pandangan Knowles, Merjan, dan Jarvis andragogi melibatkan ego yang berarti keberhasilan dalam belajar orang dewasa ditentukan pada keterlibatan ego mereka dalam prosesnya.
Konsep Diri
Orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai khususnya dalam pengambilan keputusan karena orang dewasa merasa telah mampu mengatur dirinya.

Beberapa impikasi dari asumsi konsep diri:
  • Iklim belajar diciptakan sesuai keadaan orang dewasa.
  • Pebelajar dilibatkan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya.
  • Pebelajar dilibatkan dalam perencanaan kebutuhan belajarnya.
  • Proses belajar merupakan tanggung jawab pengajar dan pebelajar.
  • Evaluasi belajar andragogi menekankan pada evaluasi diri.
  •  

Pengalaman

Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda akibat kehidupan masa mudanya.
Beberapa implikasi adanya perbedaan pengalaman orang dewasa dengan anak-anak dalam proses belajar:
  • Lebih menekankan pada metode yang sifatnya memanfaatkan pengalaman mereka.
  • Penekanan proses belajar pada aplikasi praktis.
  • Penekanan dalam proses belajar ialah belajar dari pengalaman

Kesiapan Untuk Belajar

Orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar. Masa ini akibat dari peranan sosialnya.

Orientasi Terhadap Belajar

Implikasi dalam proses belajar orang dewasa:
  • Pengajar berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
  • Kurikulum pendidikan berorientasikan kepada masalah.
  • Pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.





Beberapa Asumsi Belajar


Orang Dewasa Dapat Belajar
Irving Lorge memaparkan bahwa penurunan kemampuan belajar sesudah usia 20 tahun hanya dalam kecapatan belajar bukan kekuatan inteleknya.

Belajar adalah Suatu Proses dari Dalam
Belajar merupakan suatu proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri dan melibatkan dirinya.

Kondisi Belajar Dan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa kondisi belajar dan prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk pemenuhan dirinya dan membantu setiap peserta.

Proses belajar yang bersifat andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
  • Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa
  • Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif
  • Mendiagnosis kebutuhan belajar
  • Merumuskan tujuan belajar
  • Mengembangakn rancangan kegiatan belajar
  • Melaksanakan kegiatan belajar, dan
  • Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).

Tujuan Pendidikan Orang Dewasa

Tujuan pendidikan orang dewasa adalah:
  • Membantu melakukan penyesuaian psikologis dengan kondisi social.
  • Melengkapi keterampilan yang diperlukan untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi.
  • Menolong merubah kondisi sosial orang dewasa.
  • Memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu bebas dan otonom.
Pertimbangan Filosofis Dalam Pendidikan Orang Dewasa
Berpikir filosofis sangat diperlukan, karena cara itu merupakan suatu tahap yang membimbing seseorang “mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”.

Lima alasan berpikir filosofis diperlukan:
  •  Adanya acuan pertanyaan untuk menetapkan program
  • Pendidik bagian sangat kecil dari suatu lembaga yang dipandang sebagai sumber acuan
  • Pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai kaitan antara persoalan atau masalah
  • Pendidik perlu melihat keterkaitan antara POD dengan aktivitas masyarakat.
  • Dikembangkan dengan menyiapkan pendidik melalui pendekatan yang terkait erat dengan pertanyaan mendasar.