Sabtu, 27 Desember 2014

Umat Hindu Rayakan Kungingan di Pura Sakenan

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan, rangkaian peringatan Hari Raya Galungan, dengan melakukan persembahyangan bersama di Pura Sakenanan, Kota Denpasar, Sabtu (27/12).

Hari Suci Kuningan merupakan rangkaian peringatan Hari Raya Galungan yang bermakna memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawaan Adharma (keburukan) yang dirayakan setiap enam bulan sekali tepatnya sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan.
Ribuan masyarakat di Pulau Dewata itu sudah berdatangan ke pura yang terletak di kawasan konservasi mangrove di Pulau Serangan.
Dalam perayaan Hari Raya Kuningan kali ini Desa Adat Serangan telah melakukan penataan parkiran dan sejumlah kawasan pedagang setempat untuk memudahkan masyarakat melakukan persembayangan di kawasan tersebut.
Salah seorang warga Desa Kesiman, Wayan Sumadra, mengatakan bahwa sudah rutin melakukan persembahyangan di Pura Sakenan.
"Saya rutin sembayang di sini karena rumah saya dekat dari Sakenan," ujarnya.
Lain halnya dengan Luh Suarniasih, warga Buleleng yang melakukan persembayangan perdananya ke Pura Sakenan.
"Saya sembahyang ke sini bersama keluarga dari Buleleng. Dan ini adalah sembayang pertama saya di Pura Sakenan," ujarnya.
Hari Raya Kuningan yang jatuh bertepatan dengan upacara besar (piodalan) di Pura Sakenan berlangsung sejak pagi hingga malam hari, bahkan akan berlangsung selama tiga hari, yakni sehari sebelum dan sesudah Hari Suci Kuningan.

Hari Raya Kuningan diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali dalam kalender Bali tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan. (1 bulan dalam kalender Bali = 35 hari). Di hari Raya Kuningan yang suci ini diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Masyarakat Hindu di Bali yakini, pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari, sebelum waktu para Dewa, Bhatara, dan Pitara kembali ke sorga.

Hari raya Kuningan adalah rangkaian upacara Galungan, 10 hari sebelum Kuningan. Ada beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi. Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya. Kolem sebagai simbol tempat peristirahatan hyang Widhi, para Dewa dan leluhur kita.

Pada hari Raya ini dibuat nasi kuning, lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terima kasih kita sebagai umat manusia atas anugrah yang telah diberikan Hyang Widhi, sesajen itu berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya atas dasar cinta-kasihnya. Tamyang ini mengingatkan manusia pada hukum alam, bila alam lingkungan kita jaga dan pelihara itu semua akan mendatangkan anugerah dan kemakmuran, namun sebaliknya bila alam dirusak akan menimbulkan bencana dan petaka buat kita dan umat manusia. Sedangkan endongan bermakna perbekalan. Bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan bhakti Oleh karena itu melalui perayaan Hari Kuningan ini umat Hindu khususnya di bali, diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang harmonis (hita) sesuai dengan tujuan yang telah di gariskan oleh Hyang Widhi.

Seluruh umat Hindu yang ada di Bali melakukan upacara adat Hari Raya Kuningan ini tidak di wajibkan melaksanakannya di pura, apa lagi bila jarak pura terlalu jauh dari tempat tinggal. Pelaksanaan upacara ini bisa dilakukan juga dirumah mengingat waktu nya yang terlalu singkat, kebiasaaan ini menjadi salah satu adat yang terus dilestarikan hingga saat ini, Pada hari Rabu, Kliwon, wuku Pahang, disebut dengan hari Pegat Wakan yang merupakan hari terakhir dari semua rangkaian Hari Raya Galungan-Kuningan. Sesajen yang dihaturkan pada hari ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta bumi dan alam seisinya. Dengan demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari.

Jadi inti dan makna dari Hari Raya Kuningan itu sendiri adalah memohon keselamatan, kemakmuran,kesejahteraan, perlindungan juga tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara agar semua yang diinginkan bisa terkabul dan terlaksana seijin Hyang Widhi.Sumber  : http://www.wisatadewata.com